Langsung ke konten utama

Sumit

Pekat membias dalam waktu
Pekat memar menderu tertelan pilu
Aku hanya ingin jatuh hati tanpa sendu
Tanpa nafsu yang menderu-deru

Genggamlah tangan ini jika kau percaya
Puncak pangrango saja sudah kusapa
deretan bunga abadi punya cerita
Tentang kesepian panorama dunia

Lembah kasih mendekap ramah
Kamu terkasih takkan kujamah
Biarlah puisi ini terdengar payah
Namun kelak kita saling memapah

Komentar

Postingan populer dari blog ini

pasir

menebal jalan debu mendekap resah kaki melangkah udara tak sehat kita menikmati sunset di antara beton menjulang tak ada taman tak ada ruang hijau kita tersesat kemajuan kota menyisakan tanda tanya kota ini butuh taman bukan mall hijaunya pudar ramahnya dimakan luka airnya tak jernih bencana siap melanda salahkah tuhan?  salahkah bencana? serakahnya kita???