Jejak yang kujalani teramat ragu, tak tenang untuk melagu. Apa yang sebenarnya terjadi dengan kita? Lelucon kah? Pelampiasan kah?
Menghitung alur yang sebenarnya tak terlalu aku suka, dimana kebebasan menjadi kebablasan, dimana kesabaran menjadi permainan, dimana kata hanya obat penenang. Kita tak melulu melihat masa lalu, tapi masa depan harus kita tuju. Hidup begitu besar maknanya, tak hanya tentang mereka yang pernah menyakitimu atau kesalahan yang masih di sesali kenyataannya..
puisi berserakan diantara kertas tanpa nama, penggalan lirik tak tersuarakan rimanya. Aku tau, perjuangan selalu berliku hasilnya, tapi tubuh yang lelah akan terus menentukan pijakannya. Sekeras apa aku bertahan akan terasa fana jika tanpa niat yang sama, sesabar apa aku menerimanya tetap akan jatuh juga jika tanpa doa yang sama. Dan akhirnya kita sampai di sini, dimana tak ada lagi ruang untuk harapan yang luas, dimana tak ada lagi rindu yang harus dibalas. Kita memuai menjadi awan, lalu akan terpisah seperti hujan tapi akan bertemu di akhir kehidupan. Jadilah apa yang kamu mau, terbanglah seolah burung elang, kita hanya persimpangan, kita hanya sekedar bertukar kenangan bukan menjadi akhiran. Lalu hanya untuk berlalu.
menebal jalan debu mendekap resah kaki melangkah udara tak sehat kita menikmati sunset di antara beton menjulang tak ada taman tak ada ruang hijau kita tersesat kemajuan kota menyisakan tanda tanya kota ini butuh taman bukan mall hijaunya pudar ramahnya dimakan luka airnya tak jernih bencana siap melanda salahkah tuhan? salahkah bencana? serakahnya kita???
Komentar
Posting Komentar