Langsung ke konten utama

SUARA


Ada banyak yang ingin kutulis malam ini, tentang romansa yang menggebu, tentang kasta diatas segalanya, tentang perempuan malam penjajak cinta buta, tentang beton yang memadat mematikan ranting tua. Tapi aku ingin menulis tentang mereka, mereka yang tidur beralaskan trotoar beratap langit renta. Bukan hujan yang mereka risaukan, bukan panas yang mereka keluhkan, bukan juga tentang mewah dunia yang semakin menghantam. Mereka hanya berbicara diantara perut yang mulai keroncongan, tentang ibu dan bapa yang pergi tanpa pesan, tentang sombongnya borjuis kota yang enggan sepadan. Tuhan, aku ini Hambamu. Meski hanya segumpal daging dan tulang yang semakin terlihat kepermukaan, aku masih berakal, aku masih bisa mengejar impian meski tanpa pendidikan. Aku tak minta dilahirkan di selokan, aku tak minta dilahirkan dari ibu yang tak mengharapkan rahimnya tercemar, aku tak minta dilahirkan dari bapa yang gemar berganti pasangan. Aku ini manusia tuhan, aku berhak hidup seperti yang engkau tulisan, aku berhak bahagia meski pinggiran ruko adalah istana mewah bagi aku yang tak memiliki rumah. Tapi kenapa mereka sulit bersyukur Tuhan? Mereka memiliki kulit yang mulus, baju yang wangi, makanan bergizi, uang yang datang setiap bulan, kasur yang empuk dan keindahan duniawi lainya. Kenapa mereka enggan menyederhanakan hidup padahal mereka tahu akan berakhir di tanah, mereka angkuh, mereka terlalu melihatku seakan debu yang tak berharga, mereka terlalu asik bermain dengan semesta hingga lupa kemana kan memilih putaran roda. Terimakasih tuhan aku dihidupkan dari banyak kekurangan hingga akhirnya aku paham kebesaran dari makna kesederhanaan.. 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

pasir

menebal jalan debu mendekap resah kaki melangkah udara tak sehat kita menikmati sunset di antara beton menjulang tak ada taman tak ada ruang hijau kita tersesat kemajuan kota menyisakan tanda tanya kota ini butuh taman bukan mall hijaunya pudar ramahnya dimakan luka airnya tak jernih bencana siap melanda salahkah tuhan?  salahkah bencana? serakahnya kita???