Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari 2014

pasir

menebal jalan debu mendekap resah kaki melangkah udara tak sehat kita menikmati sunset di antara beton menjulang tak ada taman tak ada ruang hijau kita tersesat kemajuan kota menyisakan tanda tanya kota ini butuh taman bukan mall hijaunya pudar ramahnya dimakan luka airnya tak jernih bencana siap melanda salahkah tuhan?  salahkah bencana? serakahnya kita???

kemarin

langit sore tanpa senja, gerimis datang untuk bertanya siapa dia yang melukis cerita tanpa kata sapa? malam tanpa bintang dan suara jangkrik beradu sapa dingin selimuti raga tanpa memberi sela pejalan kaki yang lelah memopong resah berdesekan dalam kereta sehabis kerja mengejar dunia  berdekatan namun tak bertegur sapa seperti acuh namun tak bisa aku mencari jawaban dari semua pertanyaan aku mencari pertanyaan dari semua jawaban entah tentang siapa entah kepada siapa 

simpang cerita

petang datang dia nampak lelah dalam senyum berbalut resah menunggu kabar baik yang berujung gelisah aku pandangi dia dari samping tempat sampah lalu mulai aku baca cerita tentang dia siapa dia perempuan yang lari dari luka wajahnya ceria namun tak bahagia kidung duka sebelum senja hujan pernah samarkan dia dari mata hapuskan dia yang masih tak bersuara aspal belum jadi pisahkan roda dua kita kamu menuju rumah dan aku menuju tanda tanya ada banyak hal baru yang aku terima saat berdua saat emosi meledak, saat moody mengudara aku rindu likunya nada nada ketus kita yah, sampai akhirnya kita dipersimpangan cerita selamat tidur...

perempuan berdebu

Aku bertanya tanya tentang kamu perempuan sendu namun penuh ragu menggenggam tanya dan pilu mendayu diantara riuh kota yang semakin berdebu kamu adalah tanya dari jawaban nyata kamu adalah sama dengan dari logika kamu yang mencuri luka sehingga jadi suka

kupu kupu senja

Bunga tak mekar kidung tak dayu kita tak pudar senja malu malu dunia riuh bising makin penuh aku dan kesepian dibalik jendela berdebu kamu adalah logika dari semua suara kamu adalah rumus dari semua tanda tanya wajahmu mendayu namun penuh suka wajahmu ayu namun tak pernah terlihat luka

Dari simpang jalan

Dunia dalam luka dan berita anak kecl menangis lihat ibunya luka surga jadi alasan untuk mengadu kuasa sang pemimpi jadi gila harta agama jadi tameng perang tahta tuhan jadi kambing hitam atas nama surga kekerasan jadi seni nyata negaraku kini makin renta cinta hanya kata manis pelipur lara cinta kini tak kenakan logika cinta hanya tentang aku dan dia bukan kita 

Aku kamu dan jarak

waktu seolah diam dan tak mau menunggu langit berbalut senja namun ragu pelangi tak nampak hanya jalan berdebu aku dilanda tanya bernama rindu jarak tak terbatas pandang tak bertuju kita selalu bersama namun tak juga menyatu entah kapan lengan berpegang satu tak tahan pada ragu berjalan penuh liku aku hanya berharap pada hujan aku hanya mengadu pada malam aku hanya sepi dan kamu hanya pengusir pilu aku kata dan kamu nada sendu

tak lelah

hingga malam aku tunggu kamu meski kabar tak kunjung ada aku tetap pada keyakinanku kamu ada dan selalu terjaga meski jarak tak dekat tapi hati mengikat meski mata tak saling melihat tapi rasa terikat tidurlah kamu dalam lelahmu jangan takut aku menjauh rasa ini adalah jawaban dari pertanyaan itu sejujurnya aku merindu 

dia senja dia hujan

senja, siapa yang tak mengenalnya dia hadir tanpa sapa dan tanpa curiga tenggelamkan mereka yang luka  manjakan mereka yang bahagia         aku menantinya diantara semua suasana     aku menyimaknya meski terkadang lupa     bersama angan bersama kenangan     bersama pilu bersama cerita lalu hujan, yah, mereka yang selalu aku temui  di kota ini hujan adalah teman sejati tak mengenal pagi, siang, sore atau malam hari hujan bisa saja aku temui  dia ramah namun datang bertubi  dia membawa kisah namun tanpa dimengerti  dia baik menyapu debu sebelum pagi  dia tenangkan aku meski dia tak bernadi 

tris

rindu itu tidak beralasan dia datang tanpa pesan tapi selalu membawa kesan  pada setiap pertemuan   wajahnya yang ramah teduh kan lelah   senyumnya yang pasrah berikan hikmah   tawanya yang renyah biaskan gundah   dia, yah... dia 

pagi tanpa prosa

pagi menyapa dengan janji langkah pejalan kaki menepi hidup harus dimulai dari ironi demi kau dan sebuah mimpi panas matahari bukan penghalang debu jalan bagaikan ilalang perut lapar bukan halangan kita mencari takan kehilangan

aku

AKU. yah, aku hanya cerita tak pasti diantara riuhnya bumi aku hanya lelaki pemimpi dengan sejuta teka teki diantara kota yang menua aku memiliki janji tentang harapan yang masih tak pasti namun aku sadar, aku bisa menepati...

Bogor tak semegah cerita

Dalam malam yang mendekap sepi ada lantunan lirih di samping trotoar ini kedinginan seolah teman sejati perut lapar tidur tak datang mimpi pandangku ragu namun semu siapakah dia anak berbalut debu wajahnya sendu memendam ragu dalam kota yang katanya maju ratusan angkot lalu lalang melaju asingkan dia yang tak memiliki ibu tidur bersama koran tanpa baju inikah takdir jalan anak ku...