Ketakutan yang melanda, seorang pujangga menulis kata tanpa makna, untuk perempuan yang enggan diajak bercerita. Lalu kemudian kita hanya barisan aksara
Hari ini aku tak melihat nasi Esok mungkin hanya sepi Atau hanya sisa mimpi Yang tak pernah basi Kamu jadi satu satunya yang aku miliki Melebihi uang dan harta yang tak dibawa mati Kamu jadi satu satunya yang berarti Ketika hari tua kita tak memiliki materi Mendekap sini jangan dulu pergi Aku ringkih jika harus sendiri Anak kita sudah jauh berlari Hanya kamu yang bisa aku temui
Selalu ada jalan diantara teka teki tuhan, selalu ada harapan diantara jalan tak bertuan, selalu ada kebahagiaan diantara kebuntuan, kita hanya harus bersabar atas semua kenyataan Kamu dengan dia yang nyata, sementara aku dengan kamu yang pura pura berdua, kita hanya kata, kita hanya nada tapi tidak berdua Hujan takan berhenti disini Pelangi berwarna tak berarti Kita hanya cerita disini Esok akan berlalu tanpa berlari
Ada deretan awan dan matahari yang mulai tenggelam Ada jutaan keringat, emosi dan perjuangan menjelang malam Air mata yang jatuh tanpa diminta datang seiring temaram Kita yang tak bertegur sapa bersatu dalam riuh tak terbungkam Disitu, disudut lain stadion jalak harupat
Dan kemarin dia memberi rindu Kini kita yang tersipu malu Dia yang menjaga tanpa malu Dia yang merawat tanpa pilu Cintanya takan terhenti meski raga menua Kasihnya terus mengalir meski tak membuka mata Ibu adalah surga dunia yang nyata Dan ayah adalah malaikat tanpa cahaya
Petang selalu datang dengan sepi Suara jangkrik tak lagi berbunyi Lelah hiasi cerita hari ini Saat dunia menunggu kamu bernyanyi Langit kota bandung terlihat sendu Saat rindu tak bisa bertuju Saat harapan tak sesuai apa yang di mau Selamat melepas lelah hingga mimpi merayu Dan kamu berjalan menuju apa yang kamu mau